MOHON MAAF ! MASIH DALAM PERBAIKAN.
AKHBAR
POSTING TERKINI

Kaidah Istifham dalam Ilmu Tafsir

Pendahuluan
Al-Qur’an sebagai sumber yang asasi dan tertinggi bagi ajaran Islam meskipun diturunkan dengan memakai bahasa Arab sebagaimana diterangkan dalam al-Qur’an itu sendiri yang artinya “…sedang Al-Qur’an adalah dalam bahasa Arab yang terang” namun dalam menetapkan hukum, membuat perumpamaan, ataupun memberi pengajaran ia memiliki uslub yang berbeda dengan uslub yang biasa dipakai oleh bangsa Arab. Dia mempunyai corak dan bentuk tersendiri yang umumnya berbeda dengan yang biasa dilafadzkan oleh orang Arab. Hal ini merupakan bukti bahwa Al-Qur’an bukan dibuat oleh manusia (Muhammad) yang kemudian diperjelas oleh ayat yang berbunyi :

“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), maka datangkanlah (buatlah) satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. (Qs. Al-Baqarah/2:23)


Jika diperiksa dan diteliti nyatalah bahwa uslub Al-Qur’an itu bermacam-macam. Dalam hal menyuruh, melarang, dan memberi hak hamba memilih. Hasbi Ash-Shiddieqy membaginya menjadi 10 uslub untuk suruhan, 9 uslub untuk larangan, dan 3 uslub untuk yang memberikan hak kepada kita untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan
Melihat kenyataan bahwa Al-Qur’an memiliki bermacam-macam uslub dan sangat kaya akan gaya bahasa, maka bagi seorang mufassir yang hendak menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dibutuhkan profesionalitas yang tinggi dengan meninggalkan subjektifitas dan emosional yang dapat mempengaruhi hasil penafsiran, mendahulukan penafsiran dengan Al-Qur’an, Sunnah dan Atsar, mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku, memiliki ilmu-ilmu antara lain: (1) Lughah Arabiyah (bahasa Arab); (2) Gramatika bahasa Arab; (3) Ilmu ma’ani, bayan dan badi’; (4) dapat menentukan yang mubham, dapat menjelaskan yang mujmal dan dapat mengetahui sebab nuzul dan nasakh; (5) mengetahui ijmal, tabyin, umum, khusus, itlaq, taqyid, petunjuk suruhan, petunjuk larangan dan yang sepertinya; (6) ilmu kalam; (7) ilmu qira’at dan disiplin ilmu lainnya yang berkaitan dengan pembahasan ayat dan sebagainya.

Salah satu kaidah diantara kaidah-kaidah yang wajib diketahui oleh seorang mufassir yang hendak menafsirkan al-Qur’an adalah kaidah Istifhām.

Pengertian
Istifhām adalah mashdar dari istafhama, atau dari kata fahima yang berarti faham, mengerti, dan jelas. Akar kata ini mendapat tambahan alif, sin, dan ta’ di awal kata yang salah satu fungsinya adalah untuk meminta. Dengan demikian, ia berarti meminta penjelasan (talab al-fahmi). Sedangkan menurut istilah, Istifhām adalah mencari pemahaman tentang suatu hal yang tidak diketahui. Atau istifhām adalah mencari pemahaman tentang hakikat, nama, jumlah, serta sifat dari suatu hal. Istifhām dengan berbagai maknanya memiliki satu maksud pokok, yaitu mencari pemahaman tentang suatu hal. (Drs. Ahsin W. Al-Hafidz, MA., 2008:127)

Istifham merupakan bagian terpenting yang termasuk kedalam Insya’. Insya’ yaitu sesuatu yang dengan pembicaraan itu menghasilkan suatu petunjuk pada sesuatu yang diluar. Sedangkan kebalikannya dinamakan khabar.

Adawat Istifham
Sebagaimana kaidah-kaidah bahasa Arab lainnya, istifham juga memiliki Adawat (adat-adat) sebagai ciri khas yang dapat membedakannya dengan kaidah lainnya, diantaranya:
1. Huruf hamzah ( ء ) : Pengunaan huruf hamzah pada ayat al-Qur’an dimaksudkan untuk menghadapi atau memberikan pengertian kepada orang yang ragu-ragu atau mendustakan.
2. Hal ( هل ) : Salah satu fungsi penggunaan hal ( هل ) yaitu untuk pengingkaran dan maknanya adalah menafikan kalimat sesudahnya.
3. Maa ( ما ) : digunakan untuk menuntut definisi hakikat yang ditanyakan.
4. Man ( من ) : penggunaan Man ( من ) menuntut penentuan yang ditanyakan berupa isim atau sifat yang berakal.
5. Kam ( كم ) : digunakan untuk menanyakan jumlah.
6. Kaifa ( كيف ) : menanyakan hal (keadaan).
7. Aina ( اين ) : menanyakan tempat
8. Annaa ( أن ) : terkadang bermakna min aina (dari mana).
9. Mataa ( متى ) : menanyakan waktu.
10. Ayyana ( أيان ) : menanyakan waktu.
Para ulama sebagaimana yang dikutip oleh Imam Jalaludin As Suyuthi dalam kitabnya Al-Itqan Fi Ulumil Qur’an menyebutkan, “semua pertanyaan di dalam Al-Qur’an itu hanya terjadi pada pembicaraan Allah, dalam pengertian bahwa para pendengar memiliki pengetahuan untuk menafikan atau menetapkannya.”

Faidah Kaidah Istifham
Diantara faidah dari kaidah istifham dalam ayat al-Qur’an antara lain:
1. Untuk pengingkaran dan maknanya adalah untuk menafikan kalimat sesudahnya. Karena itulah pertanyaan ini dapat diikuti oleh Illa (إلا ), seperti Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“… Maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.” (Qs. Al-Ahqaf/46:35)

2. Untuk menjelekkan. Sebagian ulama memasukkan hal ini ke dalam bagian pengingkaran. Tetapi yang pertama berupa pengingkaran untuk membatalkan dan yang kedua adalah pengingkaran untuk menjelekkan, seperti Firman Allah Ta’ala:
“… dan Apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? …” (Qs. Fathir/35:37)

3. Membawa pendengar untuk menetapkan dan menyetujui sesuatu hal yang telah terjadi padanya. Firman Allah Ta’ala:
“Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu? dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk” (Qs. Adl-Dluha/93:6-7)

4. Untuk takjub dan membuat takjub, seperti:
“mengapa kamu kafir kepada Allah, Padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?” (Qs. Al-Baqarah/2:28)

5. Untuk menyindir, seperti Firman Allah Ta’ala:
“semoga Allah mema'afkanmu. mengapa kamu memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar (dalam keuzurannya) dan sebelum kamu ketahui orang-orang yang berdusta?” (Qs. At-Taubah/9:43)

6. Untuk memberikan peringatan. Firman Allah Ta’ala:
“Bukankah aku telah memerintahkan kepadamu Hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu", (Qs. Yaasiin/36:60)

7. Untuk membanggakan diri, seperti:
“…Bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; Maka Apakah kamu tidak melihat(nya)?” (Qs. Az-Zukhruf/43:51)

8. Untuk membesar-besarkan, seperti:
“….Aduhai celaka Kami, kitab Apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya;…” (Qs. Al-Kahfi/18:49)

9. Untuk menakut-nakuti, seperti:
“hari kiamat, Apakah hari kiamat itu” (Qs. Al-Qari’ah/101:1-2)

10. Kebalikannya, yaitu untuk memudahkan dan meringankan, seperti:
“Apakah kemudharatannya bagi mereka, kalau mereka beriman kepada Allah dan hari kemudian dan menafkahkan sebahagian rezki yang telah diberikan Allah kepada mereka ? ….” (Qs. An-Nisaa/4:39)

11. Untuk memberikan ancaman, seperti:
“Bukankah Kami telah membinasakan orang-orang yang dahulu?” (Qs. Al-Mursalat/77:16

12. Untuk membuat banyak, seperti:
“betapa banyaknya negeri yang telah Kami binasakan, Maka datanglah siksaan Kami (menimpa penduduk)nya di waktu mereka berada di malam hari, atau di waktu mereka beristirahat di tengah hari.“ (Qs. Al-A’raf/7:4)

13. Untuk membuat sama, yaitu: suatu pertanyaan yang masuk kepada sebuah kalimat yang dapat digantikan dengan mashdar, seperti Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman.” (Qs. Al-Baqarah/2:6)

14. Untuk memerintahkan, seperti:
“…Maka Katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". dan Katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam"…. (Qs. Ali Imran/3:20)

15. Untuk memberi peringatan, seperti:
“Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang ….” (Qs. Al-Furqan/25:45)

16. Untuk menumbuhkan kecintaan, seperti:
“siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak….” (Qs. Al-Baqarah/2:245)

17. Untuk larangan, seperti:
“….Mengapakah kamu takut kepada mereka Padahal Allah-lah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (Qs. At-Taubah/9:13)

18. Untuk do’a. dan ini seperti larangan, tetapi do’a itu (bertingkat-tingkat) dari yang lebih rendah kepada yang lebih tinggi, seperti:
“…Apakah Engkau membinasakan Kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akal di antara kami? ….” (Qs. Al-A’raf/7:155)

Maksudnya adalah, “Semoga Engkau tidak mengahncurkan kami”.
19. Untuk meminta petunjuk, seperti:
“…Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" (Qs. Al-Baqarah/2:30)

20. Untuk Tamanni, seperti:
“…Maka Adakah bagi Kami pemberi syafa'at yang akan memberi syafa'at bagi Kami, atau dapatkah Kami dikembalikan (ke dunia) sehingga Kami dapat beramal yang lain dari yang pernah Kami amalkan?"…. (Qs. Al-A’raf/7:53)

21. Untuk menganggap lambat, seperti:
“….Bilakah datangnya pertolongan Allah?….” (Qs. Al-Baqarah/2:214)

22. Untuk memaparkan, seperti:
“….Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? ….” (Qs. An-Nuur/24:22)

23. Untuk memberikan dorongan, seperti:
“Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah (janjinya), Padahal mereka telah keras kemauannya untuk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama mulai memerangi kamu?...” (Qs. At-Taubah/9:13)

24. Untuk menunjukkan sikap masa bodoh, seperti:
“mengapa Al Quran itu diturunkan kepadanya di antara kita?...” (Qs. Shad/38:8)

25. Untuk mengagungkan, seperti:
“….siapakah yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya?….” (Qs. Al-Baqarah/2:255)

26. Untuk mengejek, seperti:
“…Apakah ini orang yang mencela tuhan-tuhan-mu?", Padahal mereka adaIah orang-orang yang ingkar mengingat Allah yang Maha Pemurah.” (Qs. Al-Anbiya/21:36)

27. Untuk menunjukkan rasa cukup, seperti:
“…Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri?” (Qs. Az-Zumar/60)
28. Untuk menganggap jauh, seperti:
“…dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya.” (Qs. Al-Fajr/89:23)

29. Untuk menunjukkan sikap ramah tamah, seperti:
“Apakah itu yang di tangan kananmu, Hai Musa?” (Qs. Thaahaa/20:17)

30. Untuk membungkam mulut dan menghinakan, seperti:
"Apakah kamu tidak makan? kenapa kamu tidak menjawab?" (Qs. Ash-Shaffat/37:91-92)

31. Untuk menegaskan, seperti :
“Apakah (kamu hendak merobah nasib) orang-orang yang telah pasti ketentuan azab atasnya? Apakah kamu akan menyelamatkan orang yang berada dalam api neraka?” (Qs. Az-Zumar/39:19)

Kesimpulan
Bagi seorang mufassir yang hendak menafsirkan al-Qur’an wajib mengetahui kaidah istifham, yaitu mencari pemahaman tentang suatu hal yang tidak diketahui atau mencari pemahaman tentang hakikat, nama, jumlah, serta sifat dari suatu hal.
Adawat Istifham antara lain, huruf hamzah, hal, maa, man, kam. kaifa, aina, annaa, mataa, ayyana.
Sedangkan tujuan dari kaidah istifham dalam ilmu tafsir adalah untuk memberikan pengertian kepada para pendengar dan memiliki pengetahuan untuk menafikan atau menetapkan suatu ayat Al-Qur’an.

Maraji’
Abduh, Daud Athiyah, DR., Kamus Al-Mufradat 3000 Kata yang Paling Sering Muncul dalam Kitab Arab Gundul, terjemah Abu Umar Abdillah, Klaten: Wafa Press, 2008

Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi, Teungku, Prof. Dr., Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2006

Hafiz, Ahsin W, al-, Drs., Kamus Ilmu Al-Quran, Jakarta: Amzah, 2008

Suyuthi, Jalaluddin, as-, Al-Itqan fi Ulum al-Quran Jilid III, terj. Farikh Marzuqi Ammar, Lc, MA. dkk, Surabaya: PT Bina Ilmu, 2008

Sharing Informasi:

0 komentar untuk posting ini

Tinggalkan balasan

IKUTI UPDATE BLOG INI VIA EMAIL
Iklan Anda
Maktabah Al-HidayahKompilasi MP3 Ceramahspicytricks.com
Template By SpicyTrickS.comspicytricks.comSpicytricks.com
Banyak dilihat
Komentar Pengunjung
Pesan Akhi/Ukhti
Statistik
Arsip
Tautan
TUKAR LINK
PENGIKUT BLOG INI